2/18/2008

Pengrajin Rotan Kesulitan Bahan Baku


beritapalu.com - Pengrajin mebel rotan di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), mengalami kesulitan memperoleh bahan baku mengakibatkan penurunan produksi dan omset. "Kondisi seperti sudah berlangsung setahun terakhir. Jika ini berlanjut kemungkinan besar banyak pengrajin gulung tikar," kata Ramli Amran (35), pengrajin rotan Kelurahan Ujuna, Palu, Senin.

Ramli mengatakan kebutuhan bahan baku selama ini dipasok oleh sejumlah industri pengolahan rotan mentah yang juga beroperasi di Palu, seperti PT Sunteg dan PT Loli Mas.

Sebelum krisis bahan baku, Ramli biasanya membeli sebanyak tiga sampai empat kali dalam sebulan. Sekali pembelian satu sampai dua ton. "Saat ini paling banyak dua kali pembelian bahan baku. Itupun tidak lebih dari satu ton," ujarnya.

Kurangnya pasokan rotan dari daerah penghasil seperti daerah Pantai Barat dan Kulawi di Kabupaten Donggala serta daerah Pantai Timur di Kabupaten Parigi Mouotong menjadi penyebab utama tersedia kebutuhan bahan baku untuk pengrajin di Kota Palu.

"Ini informasi yang kami peroleh dari pihak pabrik (industri pengolahan rotan)," katanya.

Hal senada diungkapkan Ny Herawati, pemilik mebel rotan UD Subur di Jalan Sungai Bongka, kelurahan Ujuna. Kesulitan memperoleh rotan membuat Herawati mengubah sistim pengupahan karyawan dari upah tetap bulanan menjadi upah kontrak sesuai produksi.

Selain itu, Herawati juga harus rajin mengunjungi pabrik-pabrik pengolahan rotan guna memperoleh bahan baku. Akibatnya terjadi penambahan biaya operasional.

"Jika tidak seperti ini, kami pasti gulung tikar," katanya.

Herawati menambahkan terbatasnya bahan baku secara otomatis menurunkan produksi hanya sekitar 20 set per bulan, sebelumnya bisa mencapai 30 set mebel rotan. "Dengan sendirinya, omset juga menurun," katanya menambahkan.

Ramli mengaku pendapatan yang diperoleh menunrun 30 - 50 persen. Saat pasokan bahan baku normal, Ramli biasanya membawa pulang sekitar Rp2 juta sebulan. "Sekarang paling tinggi satu setengah juta rupiah. Bahkan beberpa kali hanya sejuta," ujarnya.

Walikota Palu Rusdi Mastura dalam beberapa kali kesempatan menyatakan akan menjadikan daerahnya sebagai pusat perdagangan kakao dan kerajinan rotan.

Obsesi menjadikan Ibukota Sulteng ini sebagai sentra industri rotan karena produksi rotan Sulteng mencapai 200–300 ton per tahun atau sekitar 40 persen dari volume produksi rotan nasional 750 ton per tahun.

Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik Sulteng, Salehuddin Awal, menilai kesulitan bahan baku yang dialami pengrajin rotan di Palu sebuah ironi bagi daerah penghasil dan pemasok utama kebutuhan rotan nasional.

"Pemerintah daerah mesti mengevaluasi tata niaga rotan di Sulteng dengan memberi perlindungan dan jaminan bagi kesinambungan industri kecil," demikian Salehuddin.

2 komentar:

Anonymous

aku butuh banget rotan olahan yang berbentuk starcore, kalau kawan ada yang punya bisa email ke ismuhari@gmail.com
Butuh banyak banget nich,... Terimakasih.

Unknown

asslamualaikum...........
saya punya banyak rotan....
sya tinggal diKALTIM...
kalo mau rotan tolong hubungi saya.
tlpn. 0543-22601 / 081253769786

  © Blogger template 'Perhentian' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP