12/19/2007

Yang Tersisa dari Musda KNPI

Ketua KNPI Sulawesi Tengah pengganti Hardy Yambas telah terpilih. Setumpuk dokumen produk Musda juga telah dirumuskan. Setumpuk harapan pada pemimpin baru telah terpatrikan. Kini kita menanti kerja-kerja KNPI dibawah kepemimpinan Idhamsyah Tompo yang murah senyum itu. Namun sebelum terlalu jauh dan agar kita tidak berjalan pada jalur yang salah maka ada baiknya kita merenungi diri kita sendiri sebagai kaum muda. Ini penting kita maknai karena saya takut jangan-jangan hakekat diri kita sendiri itu tidak dimengerti dengan baik. Dengan mengerti dengan baik hakekat diri kita - kaum muda -maka kita boleh berharap akan terjadi perubahan dalam cara pandang ber-KNPI dan ber-OKP.


Dalam Kolomnya di harian Kompas, Indra Piliang menulis, kaum atau perkauman adalah sekumpulan komunitas yang memiliki karakter yang berbeda dengan komunitas yang lain. Ia tidak pernah sama, apalagi serupa, karena latar budayanya memang berbeda, dibentuk oleh pahatan sejarah yang berlainan dan kosmologi pikiran inkoheren. Muda ada pada batasan usia atau spirit yang menonjolkan sikap anti-status quo, kontra-kemapanan dan nihil-kemanjaan.


Selanjutnya a mengatakan, kaum muda adalah sekumpulan orang yang membentuk komunitas entah epistemis, ideologis, atau hanya sekadar calo-calo kekuasaan—yang mempunyai kosmologi pikiran yang berbeda dengan kaum tua. Sebagai pergerakan, kaum muda tidak menyukai patung-patung pahlawan yang didatangi oleh para penguasa dalam hening upacara bendera selama lima menit.


Kaum muda yang bergerak juga menantang doktrin-doktrin yang dianggap sebagai kesesatan pikiran, terutama yang diproduksi oleh negara. Dari sini, sebetulnya, kaum muda memiliki musuh yang jelas, yakni negara yang serakah, kepemimpinan absolut, dan pengabaian atas ilmu pengetahuan.


Dan, semakin jelas bahwa kaum muda itu bukanlah orang-orang yang berubah menjadi para pencinta jalan-jalan kenabian sehingga rela diludahi atau dicambuk oleh para pemilik kekuasaan. Kaum muda, karena ia bergerak, adalah orang-orang yang terpukau pada kehidupan. Dengan bentangan usia yang masih lama lagi menghirup udara, dibandingkan dengan kaum tua sesuai dengan tuntutan alamiah, kaum muda memilih jalan kehidupan dan barangkali sebagian (besar) mencintai kehidupan itu sendiri.

Atas dasar itu saya menjadi risau dengan para pemuda yang bermusda beberapa hari yang lalu itu. Saya tidak menemukan pemuda dalam bayangan Indra Piliang diatas itu. Yang ada pemuda yang hanya membeo pada sebuah alur yang direkayasa. Saya mengamati pemberitaan tentang KNPI yang baru-baru ini melaksanakan musyawarah daerah. Hingar-bingar pemberitaan tentang KNPI tersebut hampir-hampir tidak ada suara kritis dari kalangan mahasiswa dan pemuda. Kalaupun ada suara kritis namun tidak setajam seperti pada priode-priode sebelumnya. Media massa pun seakan tidak pernah meminta pendapat pada tokoh-tokoh akademisi maupun aktivitis kritis tentang KNPI saat ini.

Padahal sebelum ini suara-suara kritis tentang KNPI sangat dominan. Bahkan suara yang bernada negatif itu justru lebih banyak dalam membentuk opini di media massa. Apakah dengan kenyataan ini KNPI betul-betul telah membentuk citra baru dan sudah meninggalkan citra lama yang negatif itu? Apakah dengan demikian KNPI memang sudah dapat diandalkan bagi perkaderan kepemimpinan kaum muda saat ini? Benarkah KNPI hari ini sudah berada pada track yang benar dalam peta gerakan pemuda? Atau justru ini hanya fenomena dipermukaan saja yang belum tentu baik secara kedalam?

Dipandang dari segi pencitraan KNPI Sulawesi Tengah dibawah kepemimpinan Hardy D. Yambas memang berhasil. Keberhasilannya dalam arti bahwa KNPI pada priode kepemimpinanya telah membetuk opini positif dikalangan kepemudaan khususnya OKP. Terbukti hampir tidak ada suara-suara kritis pada saat laporan pertanggungjawaban dalam Musda. Semuanya menerima laporan pertanggungjawaban itu dengan baik. Bahkan dia begitu superior dan percaya diri dalam menyampaikan Laporan pertanggungjawaban tersebut.

Dalam pandangan lain bisa juga tidak adanya pandangan kritis itu lebih disebabkan oleh ketidakmampuan para pemuda dan mahasiswa dalam memberikan persefektif kritis sehingga tidak dapat memberikan pandangan secara dalam dan lugas. Asumsi ini bisa jadi disebabkan oleh para pengurus OKP tidak memiliki horison pandangan yang luas tentang dimensi-dimensi organisasi kepemudaan ini. Bisa juga karena semua sudah menganggap apa yang dicapai hari ini sudah sedemikian sempurna.

Hal ini karena banyak OKP yang memang tidak mempunyai visi kepemudaan lagi akibat tidak adanya regenerasi ditubuhnya sendiri. Mereka mengklaim diri sebagai OKP tapi sesunggunya semangat yang dikandungnya justru sudah ketuaan. Oleh karena itu OKP tidak mampu memberikan suara kritisnya karena bagaimana mau kritis kalau dalam dirinya sendirinya juga terkandung keburukan-keburukan yang sama. Bahkan banyak OKP yang sangat tergantung pada KNPI dari segi politis dan fasilitas.

Dalam pandangan saya, jika kita menginginkan KNPI sebagai lembaga yang kredibel untuk melahirkan pemimpin pemuda maka dialektika kualitatif antara KNPI dan OKP harus menjadi keniscayaan. Dengan status sebagai lembaga berhimpun OKP maka yang diperlukan adalah dialog kritis, sejajar, egaliter sehingga posisi OKP tidak menjadi lembaga yang “didikte” oleh KNPI. Lahirnya kader yang berkualitas hanya dimungkinkan oleh banyaknya pengalaman dalam beraktivitas, menyentuh persoalan-persoalan riil kemasyarakatan dan disamping itu memperkuat basis intelektual yang menjadi paradigma berfikir. Hal ini dimungkinkan jika antara KNPI dan OKP saling take and give pada aras keberhimpunan. OKP harus meninggalkan paradigma keberhimpunan yang pasif seperti pada zaman ordebaru (korporatisme negara) menjadi keberhimpunan yang dinamis progresif

0 komentar:

  © Blogger template 'Perhentian' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP