1/01/2008

Setelah Pesta Tahun Baru Usai

Bagaimana pesta tahun baru anda semalam? Meriah bukan? Dimanapun pesta tahun baru selalu ramai, ceria bahkan mewah. Namun apakah anda sadar dibalik pesta semalam itu ratusan orang di seluruh negeri khususnya yang terkena bencana hidup dalam penderitaan dalam barak-barak pengungsi? Mungkin sebagian besar kita lupa dengan hal itu. Watak pesta memang memberikan kesenangan yang memabukkan sehingga kita menjadi lalai dan alfa pada hal-hal yang menyangkut penderitaan.


Bagai sebagian orang, pesta yang meriah pada malam tahun baru memang adalah sesuatu yang logis. Alasan logisnya adalah setelah satu tahun bekerja dan beraktivitas harus dirayakan dengan kemenangan. Tidak usah mempedulikan bagaimana hasil capaian kita selama satu tahun itu yang penting the party must go on. Bagi yang merasa berhasil maka alasan logisnya menjadi bertambah kuat tetapi bagi tidak berhasil maka pesta itu merupakan ajang untuk melupakan sejenak kekurangan ataupun penderitaan yang selama ini dirasakan.


Tanpa mengabaikan orang-orang yang berhasil dan berprestasi, sebagian kita yang terhimpun dalam negara kesatuan Republik Indonesia ini merayakan pesta dengan tujuan yang kedua tadi. Memang faktanya, sebagian besar bangsa Indonesia masih berkategori hidup dalam kemiskinan dan kekurangan bahkan penderitaan. Karena itu orang-orang berpesta semalam itu sebagian besarnya terdiri orang-orang seperti disebutkan tadi.


Mereka memang perlu berpesta. Dengan pesta itulah mereka memperoleh kesenangan. Satu-satunya kemewahan yang mereka rayakan adalah pesta tahun baru itu disamping hari raya keagamaan. Sejenak melupakan kekurangan dan penderitaan sehari-hari. Harapannya apabila selesai berpesta, mereka mendapat semangat baru untuk mulai bekerja keras lagi.


Tetapi bagi kalangan lain yang lebih mampu, pesta tahun baru adalah cara mudah untuk melampiaskan sifat hedonisme. Kalangan ini memang identik dengan pesta. Bahkan barangkali tidak bisa hidup tanpa pesta. Maka berkumpullah mereka dalam pesta yang supermewah di hotel berbintang. Jangan tanya biaya pesta itu, tiket tanda masuknya saja sudah bisa membayar uang SPP mahasiswa di kota saya selama 4 tahun kuliah. Makanan tersedia secara berlimpah walaupun mereka kebanyakan menyantapnya sedikit saja.


Gambaran hidup kalangan terbatas itu justru yang menjadi panutan umum bagi bangsa kita. Kebiasaan hidup hedonisme itu sekarang menjangkit pada sebagian besar remaja dan kaum muda. Tanpa melihat diri dan kemampuan mereka terjebak pada pola hidup yang sangat konsumtif. Deretan fakta bisa ditemukan sehari-hari. Karena pola hidup yang demikian itu, mereka kemudian banyak yang memakai narkoba dan seks bebas. Maka menurut laporan sebuah koran yang terbit di kota saya, penjualan kondom pada malam tahun baru meningkat tajam. Pembeli pada umumnya adalah remaja.


Ironisnya bukan hanya pada malam tahun baru tetapi bangsa ini hampir setiap saat pada subtansinya. Ya, kita berpesta dalam kemeriahan korupsi, kita berpesta dalam perlombaan membabat hutan, kita berpesta dalam penggusuran orang-orang miskin, kita berpesta dalam kemenangan politik dan seterusnya.


Pesta semacam itulah yang menimbulkan bencana dimana-mana. Kehendak alam memang tidak bisa dilawan. Tetapi proses menuju terjadinya bencana tersebut boleh jadi karena kita tidak memahami kehendak alam. Alam dengan hukum-hukumnya yang telah ditetapkan oleh Tuhan dilanggar oleh manusia. Barangkali sebabnya adalah kita terlalu banyak berpesta foya dibawah penderitaan orang lain. Mungkin bencana adalah cara komunikasi Tuhan dalam bentuk moderen agar kita semua memperoleh peringatan setelah kitab suci tidak didengar lagi. Wallahu A'lam.

0 komentar:

  © Blogger template 'Perhentian' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP