12/29/2008

Kalau aku mati, kamu gimana?

Pagi ini, seorang teman yang sedang terbaring sakit tiba-tiba mengirim sms pada saya seperti judul di atas, "kalau aku mati, kamu gimana?" Tentu saja saya kaget karena untuk pertama kalinya dia mengirim sms seperti itu pada saya. Saya jawab, secara personal tentu saja saya sedih karena pasti kehilangan seorang teman. Lantas, apakah hanya saya hanya bersedih? Makanya saya terus tanya lagi, kenapa tiba-tiba mengirim sms seperti itu? Dia jawab, "kan kita harus siap-siap".

Sudah menjadi ketetapan Allah bahwa kematian harus di jalani oleh semua manusia. Bila Tuhan sudah berketetapan untuk mengambil nyawa yang dipinjamkan-Nya itu maka tidak seorang pun yang bisa mencegahnya. Bila ada nyawa yang bisa dibeli maka orang-orang kaya di seluruh dunia itu tidak seorang pun yang akan mati karena pasti dia mampu beli berapapun harganya sepanjang masih bisa dinominalkan. Oleh sebab itu hidup itu sangat berharga sehingga tidak bisa terbeli. Sehingga agama juga mengajarkan bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia maka ekuivalen dengan membunuh semua manusia. Begitupun bila seorang manusia menyelamatkan seorang manusia sama dengan menyelamatkan seluruh umat manusia. Begitulah betapa berharganya hidup itu.

Proses pasti menuju kepada kematian itulah meniscayakan kita harus mempersiapkan diri. Ibarat mau pindah rumah di luar daerah, maka rumah baru yang akan kita tempati itu harus di isi dulu dengan segala perlengkapannya agar kita nyaman di dalamnya.

Saya tidak percaya Socrates yang konon pernah berkata bahwa akhir kehidupan adalah kematian. Saya tentu saja sangat percaya bahwa kehidupan itu justru awal dari kehidupan selanjutnya. Bahkan kehidupan selanjutnya kelak itu itu lebih nikmat lagi. Itu adalah kehidupan abadi. Ini terbaca dalam kitab suci, misalnya,
"Hai orang-orang yang beriman, mengapa jika
dikatakan kepada kamu berangkatlah untuk berjuang
di jalan Allah, kamu merasa berat dan ingin
tinggal tetap di tempatmu? Apakah kamu puas dengan
kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di
akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini
dibanding dengan akhirat (nilai kehidupan duniawi
dibandingkan dengan nilai kehidupan) di akhirat
hanyalah sedikit (QS At-Tawbah [9]: 38)

Sesungguhnya kematian bukanlah akhir bagi kehidupan. Kematian adalah pintu menuju kehidupan berikutnya. Karena itu usaha yang sungguh-sungguh harus kita jalankan. Mengutip Goethe:

"Sesungguhnya usaha sungguh-sungguh yang lahir
dari lubuk jiwa saya, itulah yang merupakan bukti
yang amat jelas tentang keabadian. Jika saya telah
mencurahkan seluruh hidup saya untuk berkarya,
maka adalah merupakan hak saya atas alam ini untuk
menganugerahi saya wujud baru, setelah kekuatan
saya terkuras dan jasad ini tidak lagi memikul
beban jiwa."

Tetapi dalam rangka memperbanyak modal amal itu tidak sama dengan doktrin kapitalisme untuk menambah modal. Kapitalisme mempratekkan menambah modal dengan segala cara. Tidak peduli merugikan orang lain atau tidak. Tujuannya adalah keuntungan semata. Menambah modal akherat harus sejalan dengan segala nilai suci Tuhan sendiri. Dengan kata lain menambah modal untuk akherat harus sesuai dengan nilai universal agama seperti yang diajarkan oleh kitab suci. Wallahu A'lam.

Read More..

12/28/2008

Tahun Baru, apanya yang baru?

Sungguh lezat hidangan sate domba yang dihidangkan oleh teman-teman facebook
semalam. Beberapa teman yang datang dalam kumpul-kumpul tersebut terlihat sangat menikmatinya. Saya pun demikian. Apalagi setelah makan-makan anak-anak facebook itu berhasil membangun suasana keakraban dengan mengeluarkan humor-humor segar yang membuat seluruh teman tertawa ala Rusia. Sampai-sampai hembusan angin dini hari tidak terasa dingin akibat otot tubuh yang bergerak karena tertawa.Pesta sederhana itu pun berakhir lewat tengah malam memasuki dini hari.

Keceriaan, kegembiraan, kehangatan dan keakraban. Setidaknya itulah yang memang menjadi subtansi sebuah pesta. Pesta yang hanya menimbukan suasana kekacauan, hingar bingar sesungguhnya bukanlah pesta. Karena pesta pada intinya adalah simbolisasi perayaan kemenangan yang membuat kita gembira, akrab dan penuh kehangatan. Perasaan-perasaan seperti itu membuat kita lebih optimis dalam mengarungi sejarah kehidupan berikutnya.

Mungkin itulah sebabnya pada malam pergantian tahun hampir setiap orang berpesta. Dibelahan dunia manapun pesta pergantian tahun selalu digelar yang melibatkan hampir semua orang dalam semua strata sosial. Mereka mengambil tempat dari sudut kota yang kumuh sampai pada hotel-hotel mewah. Dan dari penjara sampai istana.

Mengapa hampir semua orang merayakan pesta tahun baru? Apa yang yang dipestakan pada malam itu? Apakah hanya sekedar ikut menyaksikan detik-detik perjalanan waktu sampai akhirnya kita sebut sebagai tahun baru? Tahun baru, apanya yang baru?

Bagi saya, pesta tahun baru adalah pemaknaan yang pantas dan tidak pantas. Maksudnya, kita pantas merayakan pesta apabila memang ada hal-hal yang pantas untuk dirayakan. Ada prestasi yang membanggakan. Ada yang pantas untuk dikenang yang berguna untuk kepentingan publik. Pada malam itulah kita rayakan. Katakanlah sebagai sumber motivasi yang meningkatkan semangat untuk lebih berkarya lagi pada tahun depan.

Tetapi sebaliknya, apabila deretan amal dan karya kita sebagai manusia atau bangsa dan negara tidak ada yang pantas untuk dirayakan sebagai sebuah kemenangan prestasi dan prestise maka juga kita tidak memiliki kepantasan untuk berpesta. Yang pantas adalah renungan, refleksi, evaluasi ataupun penyesalan. Pada tingkatan individu kita laksanakan secara sendiri-sendiri. Dan pada tingkatan negara, dilaksanakan pada setiap intitusinya. Dalam level individu kita memperbaharui komitmen dan tekad agar bisa lebih maju lagi. Sedangkan pada level negara, masing-masing institusi membuat program lebih baik dan menatanya sampai tujuan yang inginkan tercapai.

Kita melakukan itu semua agar dalam perjalanan sepanjang satu kedepan kita bisa ikut berpesta bila kita mampu untuk memperbaiki diri. Selanjutnya negara dan bangsa bisa memperlihatkan kemajuan yang dicapainya pada tingkatan yang pantas dibanggakan. Bila semua itu bisa dicapai Insya Allah kita bisa menjawab pertanyaan, "tahun baru, apanya yang baru?". Wallahu A'lam.

Read More..

  © Blogger template 'Perhentian' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP